KARAKTER MORFOLOGI DAN ANATOMI TANAMAN AREN
(Arenga pinnata Merr.)
Farida Oktavia
Balai Penelitian Tanaman Palma
Abstrak
Sebaran tanaman aren (Arenga pinnata Merr.) di Indonesia hampir merata di seluruh provinsi. Karakter morfologi aren mengkaji organ – organ tanaman yang meliputi batang, daun, buah, biji, dan bunga baik bentuk maupun fungsinya. Karakter anatomi aren melihat keseluruhan fisik sebagai bagian-bagian yang secara fungsional berbeda. Varietas aren unggul dapat dikenali dari karakter morfologi dan anatominya. Informasi tentang karakter morfologi dan anatomi tanaman aren dipandang penting dalam pengembangan inovasi teknologi aren karena selama ini pemanfaatan aren masih dilakukan secara tradisional.
Kata kunci: Arenga pinnata, aren, morfologi, anatomi.
PENDAHULUAN
Tanaman aren merupakan tanaman tropika yang memiliki habitat luas di Indonesia, Filipina, Malaysia, India, Laos, Kamboja, Vietnam, Srilangka dan Thailand. Pada dasarnya aren merupakan tanaman yang dapat tumbuh di berbagai jenis tanah dengan ketinggian antara 0 - 1.500 m dpl. Di Indonesia, aren dapat tumbuh dan memiliki produktivitas tinggi jika ditanam pada ketinggian 500 – 800 m dpl. Sedangkan aren yang ditanam pada ketinggian lebih rendah dari 500 m dpl atau lebih tinggi dari 800 m dpl dapat tumbuh namun produksi buahnya kurang memuaskan.
Tanaman aren menghendaki curah hujan yang merata sepanjang tahun yaitu 1.200 mm/tahun. Jika diperhitungkan dengan perumusan Schmidt dan Fergusson, iklim yang paling tepat untuk tanaman aren adalah iklim sedang sampai iklim agak basah. Untuk pertumbuhan dan pembuahan, tanaman aren membutuhkan suhu 20-25 ᵒC (Mashud et al, 2011).
Tanaman aren disebut juga tanaman multifungsi, karena hampir seluruh bagian tanaman dapat diambil manfaatnya. Akar aren dapat digunakan sebagai obat herbal. Batang bagian luar dimanfaatkan untuk kayu bakar, papan komposit, gagang perabotan rumah tangga dan pertukangan, serta untuk bahan baku peralatan musik. Empulur batang dibuat tepung aren untuk selanjutnya digunakan sebagai bahan baku pembuatan makanan olahan, seperti cendol, bihun, dan kue. Sedangkan dalam bidang industri, tepung aren dapat digunakan sebagai bahan campuran perekat kayu lapis. Ampas pengolahan tepung aren juga dapat dimanfaatkan untuk bahan pupuk organik, pakan ternak dan bahan campuran isian kursi sofa. Nira aren dapat digunakan sebagai bahan minuman beralkohol (palm wine), bioetanol, gula cetak, gula semut, dan nata de pinnata. Ijuk yang menempel pada batang aren dapat dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan sapu, bahan kerajinan dan atap rumah. Endosperm muda biasa digunakan sebagai campuran minuman segar yang disebut kolang-kaling.
TAKSONOMI
Secara lengkap sistematika aren (Arenga pinnata Merr.), adalah:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub Divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledonae
Ordo : Arecales
Famili : Arecaceae
Famili : Arecaceae
Sub Famili : Coryphoideae
Tribe : Caryoteae
Genus : Arenga
Spesies : Arenga pinnata Merr.
Kerabat Dekat : Langkap, Aren Sagu, Aren Gelora.
Genus : Arenga
Spesies : Arenga pinnata Merr.
Kerabat Dekat : Langkap, Aren Sagu, Aren Gelora.
BATANG
Gambar 1. Batang aren tampak kotor karena berbalut
ijuk dan ditumbuhi paku-pakuan.
Batang aren tidak berduri, tidak bercabang, dengan tinggi yang dapat mencapai 25 m dan diameter 65 cm. Batang aren hampir sama dengan batang kelapa (Cocos nucifera). Perbedaannya, batang kelapa permukaannya bersih, sedangkan batang aren sangat kotor karena batangnya terbalut ijuk yang berwarna hitam dan sangat kuat sehingga pelepah daunnya sangat sulit diambil dari batangnya. Oleh karena itu, batang pohon aren banyak ditumbuhi tanaman paku-pakuan.
Pada batang aren banyak tersimpan pati yang dapat diolah menjadi bihun. Seperti halnya polisakarida lain, maka pati aren dapat dihidrolisa menjadi monosakarida atau bahan pemanis. Cara pengambilan tepung aren pada dasarnya sama dengan tepung dari pohon sagu yaitu dilakukan penebangan terlebih dahulu kemudian dipotong-potong sepanjang 1-1,5 meter (Wulandari, 2008). Potongan batang aren kemudian dipecah membujur menjadi empat bagian yang sama besarnya sehingga tampak bagian dalamnya dimana terdapat empelur yang mengandung sel-sel parenchyma penyimpan tepung. Kemudian empelur di pisahkan dari kulit dalamnya, selanjutnya digiling menggunakan mesin parut. Hasil parutan serbuk yang keluar dari mesin dikumpulkan dan diayak untuk memisahkan serbuk-serbuk dari serat-seratnya yang kasar. Serbuk tersebut ditaruh di atas strimin yang terendam dalam bak, serbuk-serbuk tersebut selanjutnya di remas-remas sehingga patinya keluar dan larut dalam air dan kemudian mengendap.
Kemampuan Arenga pinnata dalam menyimpan air dapat dikarenakan anatomi dan morfologi batangnya yang menunjang. Berdasarkan sifat internal dan eksternalnya, tipe batang Arenga pinnata termasuk ke dalam jenis pohon. Menurut Mulyani (2006), struktur umum yang dimiliki pada batang, pada bagian luar terdapat epidermis yang ditutupi oleh bahan lemak alam yang sangat tahan air (kutin). Lapisan kutin disebut dengan kutikula. Pada Arenga pinnata, kutikulanya cukup tebal, bersifat kedap air dan gas (impermeabel). Bagian sebelah dalam epidermis terdapat korteks yang terdiri dari jaringan parenkim, kolenkim, dan sklerenkim. Di sebelah dalam korteks terdapat silinder pusat yang berisi jaringan pembuluh tersusun yang biasa disebut ikatan pembuluh (berkas pengangkut). Setiap berkas pengangkut terdiri atas xilem di bagian dalam dan floem di bagian luar. Pada Arenga pinata, berkas pengangkut tersebar di seluruh organ batang. Di antara xilem dan floem tidak terdapat kambium, sehingga disebut dengan tipe kolateral tertutup.
Struktur tumbuhan yang paling berperan dalam pencegahan banjir adalah jaringan parenkim. Jaringan parenkim merupakan jaringan dasar yang terdapat di seluruh tubuh tumbuhan. Sebagian besar tubuh tumbuhan, seperti empulur, hampir semua korteks akar dan batang, perisikel, mesofil daun, dan daging buah terdiri atas parenkim. Sel parenkim juga terdapat di dalam xilem dan floem. Berdasarkan fungsinya, parenkim dapat dibedakan menjadi parenkim asimilasi, parenkim penimbun, parenkim air, dan arenkim.
Parenkim air merupakan sel parenkim yang berfungsi menyimpan air sebagai bahan cadangan. Umumnya sel berukuran besar, berdinding tipis, lapisan sitoplasmanya tipis, mengandung hanya sedikit kloroplas atau bahkan tidak ada sama sekali. Sel penyimpan air memiliki vakuola besar yang berisi cairan berlendir. Senyawa berlendir ini dapat meningkatkan kapasitas penyimpanan air dan juga terdapat dalam sitoplasma maupun dinding sel (Mulyani 2006). Sel parenkim pada Arenga pinnata terdapat pada akar, batang, maupun daunnya. Porsi terbesar yang dapat menampung air terletak pada batangnya. Hal tersebut dikarenakan volume batang merupakan organ yang paling terbesar yang memungkinkan tertampungnya air.
Saat hujan, setiap batang pelepah daun dapat menahan 1-2 liter selama beberapa jam. Pada umur 5-7 tahun, pohon aren memiliki pelepah dari pangkal batang hingga ke ujung pohon, sehingga memberikan waktu yang panjang untuk tanah di bawah pohon untuk dapat menyerap lebih banyak air, dan dengan sendirinya akan menyimpan air tanah yang paling banyak (Kurrataa’yun, 2012). Penelitian sementara dari ahli geologist, pohon aren dapat menyimpan dan menyerap 200 liter air. Dengan demikian akan sangat berperan untuk mencegah banjir, dalam umur 3 tahun saja sudah dapat mencapai tingkat maksimal peran penyerapan air.
AKAR
Gambar 2. Perakaran aren di atas permukaan tanah.
Arenga pinnata pun digunakan dalam mencegah erosi ataupun longsor. Sebagai tumbuhan kelas monokotil, Arenga pinnata memiliki akar tipe serabut. Akar serabut dan bulu akar yang banyak berfungsi untuk berpegangan pada tanah. Kelebihan akar Arenga pinnata adalah, sistem perakarannya kuat dan panjang. Menurut Mogea, Seibert, dan Smits (1991), sistem perakaran Arenga pinnata sangat dalam hingga mencapai kedalaman 15 meter dengan lebar mencapai 10 meter.
Dengan sistem perakaran yang cukup kokoh dan sangat panjang tersebut dapat memberikan kestabilan pada tanah. Selain sebagai alat transportasi mineral dan zat hara, akar pada Arenga pinnata lebih berfungsi sebagai jangkar, melihat sistem perakarannya yang begitu kokoh dan panjang.
DAUN
Ciri khusus marga Arenga ukuran dan jumlah daun pada batang berkaitan erat dengan besarnya batang. Makin besar batang, makin banyak dan besar pula jumlah dan ukuran daunnya. Daun marga Arenga terdiri atas pelepah, lidah, tangkai dan helaian daun. Bagian dasar pelepah daun membungkus batangnya.
Daun aren mempunyai pelepah besar dan panjang (±5 m), anak daun bertulang di tengah (lidi) tersusun seperti sirip berpasangan sejajar dengan helaian daun selebar ±7cm dan panjang 150 cm. Pada bagian bawah pangkal pelepah daun ditumbuhi ijuk (gomuti fiber) yang berwarna hitam dan membentuk serat-serat teranyam. Ijuk bagian luar umumnya besar dan kasar, sedangkan bagian dalamnya teranyam padat dan halus. Serat ijuk merupakan isolator (peredam) suhu dan suara, sehingga banyak diekspor, antara lain ke Amerika Serikat, Inggris, Singapura, Jepang, New Zealand, Australia dan negara-negara Eropa lainnya.
Tangkai daun bulat memanjang, penampang melintang bundar, bagian adaksialnya agak berlekuk memanjang. Helaian daunnya bertekstur agak berserat, terdiri atas rakis daun dan sejumlah helaian pinak-pinak daun yang terjalin membentuk susunan daun menyerupai sirip dengan jumlah ganjil.
Pada jenis tanaman hapaksantik, helian daun tunggal kadang dijumpai lagi di ujung batang pada saat tumbuhan mulai berbunga, daun-daun yang tumbuh pada tahapan ini tereduksi bentuknya, baik jumlah pinak daun maupun ukurannya. Daun lateralnya berbentuk pita, tidak bertangkai dan pada pangkalnya terdapat bantalan.
Gambar 4. Sel epidermis daun Aren.
Sel epidermis daun aren tampak buram karena terlapisi oleh lapisan lilin atau indumentum. Ukuran sel-sel epidermis sekitar 54-150 x 8-20 µm dengan dinding sel menggelombang (Mogea, 1991). Jumlah mulut daun pada setiap 100 x 100 µm umumnya 8-12. Sel-sel pengawal terletak di bawah sel-sel epidermis. Ukuran sel pengawal antara 26-40 µm dengan rusuk yang menonjol. Rambut-rambut halus pada permukaan daun (indumentum) pada daun segar terlihat berupa titik-titik kecil berwarna coklat kemerahan dengan jarak antar titik sekitar 30-100 µm.
Air dapat tertampung di dalam tubuh tumbuhan dengan watku yang relatif lama dikarenakan tingkat transpirasi yang rendah. Transpirasi dicegah dengan adanya lilin yang cukup tebal pada bagian daun, serta kutikula yang tebal dan berlilin pada bagian batang. Sehingga, laju transpirasi dapat diperlambat. Anatomi palem tersebut yang dimanfaatkan oleh para konservaser alam dalam mencegah banjir.
Gambar 5. Bunga betina aren.
Perbungaan pada marga Arenga terletak pada buku-buku batang dan ketiak daun. Fase reproduktifnya membatasi pertumbuhan batang disebut hapasantik dengan sistem tumbuh bersifat basipetal. Sistem ini merupakan ciri khas sub famili Coryphoideae, tribe Caryoteae.
Ciri khas kelompok hapaksantik, perbungaan betina selalu terletak diujung batangnya. Sedangkan perbungaan yang jantan selalu berada di bawahnya. Umumnya dalam satu batang, jumlah perbungaan jantan lebih banyak dari pada betinanya. Himpunan bunga tersusun dalam bentuk triad, yaitu suatu himpunan terdiri atas satu bunga betina diapit sepasang bunga jantan (Pongsattayapipat dan Barfod, 2005).
Bunga jantan bulat lonjong, daun kelopak melebar 5 x 8 mm, daun mahkota lonjong 12 x 5 mm, bagian luarnya berwarna violet. Jumlah benang sari 60 -120, panjang tangkai sari antara 1 mm, panjang kepala sari antara 10 mm, penghubung ruang kepala sari bagian ujung memanjang berbentuk segitiga runcing yang panjangnya antara 1 mm, putik semu tidak ada (Mogea, 1991).
Bunga jantan berwarna kecoklatan, berbentuk bulat telor memanjang, berdaun bunga tiga, dan berkelopak bunga tiga helai, sedangkan bunga betina berwarna kehijauan memiliki mahkota bunga berbentuk segitiga beruas-ruas, bakal buah bersel tiga dan berputik tiga. Tandan bunga betina aren hanya menghasilkan sedikit nira, oleh sebab itu tidak disadap dan dibiarkan tumbuh dan membentuk buah.
Untaian-untaian bunga jantan lebih pendek dari untaian-untaian bunga betina. Jika untaian bunga jantan panjangnya hanya sekitar 50 cm saja, maka untaian bunga betina panjangnya dapat mencapai 175 cm. Pada saat aren mulai berbunga, kira-kira setelah tanaman berumur 7 – 10 tahun. Tangkai malai bunga dapat disadap setiap hari, selama 2-3 bulan, menghasilkan 3,5 liter nira tiap hari, yang mengandung sampai 15% sukrosa (Karouw dan Lay, 2006).
Nira aren merupakan cairan manis yang terdapat di dalam bunga tanaman aren yang pucuknya belum membuka dan diperoleh dengan cara penyadapan. Pada umumnya masyarakat memanfaatkan nira aren untuk pembuatan gula merah/gula jawa dan gula semut, selain itu dapat digunakan sebagai minuman segar baik dari niranya langsung maupun nira yang dibuat sirup. Nira aren berbeda dengan nira kelapa dari segi warna, aroma, rasa maupun kadar kotorannya. Nira aren terasa lebih manis, lebih jernih dan lebih segar daripada nira kelapa, namun jumlah padatan terlarut nira kelapa lebih tinggi daripada nira aren (Rindengan dan Karouw, 2004).
BUAH DAN BIJI
Gambar 7. Buah aren yang matang (berwarna kuning)
dan belum matang (berwarna hijau).
Buah aren terbentuk akibat dari penyerbukan secara alami, pelaksanaannya dengan bantuan angin. Pada satu batang aren dapat terbentuk sebanyak 4-5 tandan buah. Mesokarpnya tebal, agak berserat, padat, relatif kering serta mengandung banyak kristal oksalat yang dapat mengakibatkan gatal bila tersentuh.
Gambar 8. Biji aren.
DAFTAR PUSTAKA
Karouw, S. dan Lay, A. 2006. Nira aren dan teknik pengendalian produk olahan. Buletin Palma No.31.
Kurrataa’yun. 2012. Analisis struktur anatomi akar dan batang pohon aren sebagai pohon yang dapat mencegah banjir dan erosi. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Biologi. Institut Pertanian Bogor.
Mashud, N., Lay A., Tenda E.T, Maliangkay R.B, dan Torar D.J. 2011. Budidaya dan Pasca Panen Aren. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Kementerian Pertanian.
Mogea, J.P. 1991. Revisi marga Arenga (Palmae). Disertasi. Fakultas Pasca Sarjana Ilmu Matematika dan Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia.
Mogea, J.P., B. Seibert and W. Smits. 1991. Multipurpose palms: the sugar palm (Arenga pinnata (Wurmb) Merr.). Agroforestry Systems 13: 111–129.
Muhaemin, 2012. Budidaya Aren (Arenga saccharifera Labill. Syn. A. pinnata (Wurmb.) Merr). PBT Dirjen Tanaman Tahunan Ditjenbun.
Mulyani Sri. 2006. Anatomi Tumbuhan. Yogyakarta : Kanisius.
Pongsattayapipat R. and Barfod A. 2005. On the identities of Thai Sugar Palm. Palms Vol.49(1):5-14.
Rindengan, B dan Karouw, S. 2004. Palm wine aren. Prosiding Seminar Nasional Pengembangan Tanaman Aren. Tondano 9 Juni 2004. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan. Balai Penelitian Tanaman Kelapa dan Palma Lain.
Wulandari, D.F. 2008. Pengaruh penggunaan ampas aren sebagai pengganti konsentrat terhadap konsumsi pakan dan pertambahan bobot badan sapi peranakan Ongole. Skripsi. Jurusan nutrisi dan makanan ternak. Fakultas peternakan. Universitas Brawijaya. Malang.
Salam. Tolong diperbsnyak tulisannya ya...
BalasHapus